Penyebab Alergi Pada Bayi

  • Apa penyebab alergi pada bayi?

     

    Penyebab alergi bayi bisa terjadi karena berbagai faktor, yaitu:

    • Faktor genetik
      Orangtua yang memiliki riwayat alergi dapat menyebabkan bayi mereka memiliki risiko alergi. Itu artinya alergi yang terjadi karena pengaruh genetik dari orangtua.
    • Faktor makanan
      Bayi atau anak dapat mengalami alergi yang disebabkan karena makanan. Makanan yang menyebabkan alergi pada bayi misalnya susu, telur, kacang-kacangan, kerang, ikan, dan lainnya.
    • Faktor lingkungan
      Bayi atau anak dapat mengalami alergi terhadap lingkungan mereka, baik saat di dalam atau di luar ruangan. Contohnya alergi bulu binatang.
    • Faktor serangga
      Alergi dapat disebabkan karena gigitan serangga seperti nyamuk atau tungau
    • Faktor obat-obatan
      Obat-obatan tertentu dapat memicu alergi pada anak. Misalnya obat antibiotik.
    • Bahan kimia
      Bahan kimia yang terdapat pada suatu produk dapat memicu timbulnya alergi pada anak, seperti deterjen, bahan pewangi, dan zat kimia lainnya.

    Macam-macam alergen pada bayi

     

    Terdapat macam-macam alergen yang umum dialami bayi, yaitu:

    1. Eksim

    Eksim merupakan masalah kulit paling umum yang sering dialami bayi. Sekitar 10% anak atau bayi di dunia pernah menderita eksim. Penyebab eksim terjadinya karena faktor genetik dan lingkungan. Eksim pada bayi dapat membuat kulit terasa gatal. Apalagi jika kulit yang gatal itu digaruk, maka hal ini akan menimbulkan kulit terasa semakin gatal.

    Eksim yang dialami pada bayi dapat ditandai dengan munculnya ruam di kepala atau wajah. Kemudian, ruam ini menyebar ke dada dan lengan bayi. Selain timbul ruam, eksim juga dapat dikenali dengan tanda kulit kering, menebal, dan terjadi infeksi pada kulit. Untuk mengatasi masalah eksim ini, Anda bisa meredakan eksim dengan mengoleskan krim pada kulit bayi.

    Selain itu, Anda juga perlu menghindari penggunaan deterjen atau sabun yang dapat mengiritasi kulit, terutama kulit bayi yang sensitif. Lalu hindari penggunaan atau bersentuhan dengan bahan kain yang kasar agar eksim tidak semakin gatal.

    2. Alergi air liur

    Air liur bayi yang membasahi dagu dan mulut dapat memicu terjadinya alergi pada kulit bayi. Ketika bayi yang memiliki alergi ini terkena air liur, maka ia akan mengalami ruam dan kemerahan. Lalu muncul benjolan-benjolan kecil di dagu, dada, dan mulut. Biasanya alergi ini tidak disadari oleh orangtua. Benjolan kecil dan ruam yang muncul dianggap sebagai reaksi akibat makanan yang dikonsumsi bayi.

    Sebenarnya, alergi air liur ini tidak perlu Anda khawatirkan. Namun, jika ruam yang muncul terlihat berwarna kuning dan menimbulkan kerak, maka Anda harus segera memeriksakan anak Anda ke dokter. Sebab hal ini bisa menjadi tanda terjadinya infeksi yang serius.

    3. Dermatitis kontak

    Sama seperti eksim, dermatitis kontak merupakan jenis alergi kulit yang sering terjadi pada bayi. Dermatitis kontak dapat disebabkan karena kontak langsung dengan berbagai zat yang dapat memicu alergi. Zat pemicu pada dermatitis kontak sangat banyak, mulai dari deterjen, parfum, sabun, bulu hewan, hingga debu.

    Selain itu, bahan kimia yang biasa ada pada obat-obatan yang digunakan pada kulit, pasta gigi dan obat kumur, hingga logam pun dapat menjadi zat pemicu terjadinya dermatitis kontak pada bayi.

    Menurut ahli, dermatitis kontak ini merupakan inflamasi yang dapat menyebabkan terjadinya ruam yang besar, rasa gatal yang parah, kulit kering dan bersisik, hingga rasa terbakar di kulit. Ruam yang dialami bayi karena dermatitis kontak dapat terjadi pada seluruh tubuh bayi.

    Untuk mengobati dermatitis kontak pada bayi, cara yang bisa Anda lakukan sebenarnya tidak berbeda jauh dengan eksim. Hal pertama yang Anda bisa lakukan adalah menjauhkan bayi dari hal-hal yang dapat menyebabkan alergi.

    Kemudian, coba berikan obat antihistamin jika rasa gatal semakin memburuk. Obat antihistamin merupakan kelompok obat yang digunakan untuk mengobati reaksi alergi. Obat antihistamin dapat bekerja dengan cara memblokir zat histamin yang diproduksi oleh tubuh.

    Namun, jika Anda ragu untuk memberikan obat antihistamin pada bayi, Anda bisa konsultasikan dengan dokter anak agar mendapat penangan alergi secara aman dan tepat.

    4. Urtikaria kronis

    Urtikaria kronis adalah reaksi alergi yang termasuk alergi berat. Kondisi urtikaria kronis dapat ditandai dengan munculnya kemerahan yang lebar setelah bersentuhan dengan pemicu alergi. Walau alergi ini tidak menimbulkan kulit kering, alergi urtikaria kronis dapat menimbulkan gejala lainnya seperti bengkak pada mulut dan wajah atau kesulitan bernapas.

    Pada banyak kasus, alergi ini bisa hilang dengan sendirinya selama si kecil terhindar dari paparan alergen. Namun, agar bayi Anda mendapatkan penanganan yang benar dan aman, sebaiknya Anda membawa si kecil ke dokter anak untuk mendapatkan pengobatan yang tepat.

    5. Urtikaria papula

    Urtikaria papula merupakan reaksi alergi yang terjadi karena gigitan serangga seperti tungau, nyamuk, dan kutu. Bentuk alergi urtikaria papula dapat ditandai dengan munculnya benjolan merah akibat gigitan serangga. Benjolan meran ini dapat berisi cairan. Masalah urtikaria papula dapat terjadi selama beberapa hari atau berminggu-minggu

    6. Alergi makanan

    Bayi dapat mengalami alergi terhadap jenis makanan apa pun, termasuk ASI (Air Susu Ibu) atau susu formula yang bisa terjadi pada sebagian bayi. Selain susu, bayi juga dapat alergi terhadap telur, kerang, ikan, kacang-kacangan, gandum, dan kedelai.

    Alergi makanan pada bayi dapat ditandai dengan batuk, diare, sakit perut, gatal-gatal, muntah, sulit bernapas, hidung meler, pembengkakan di bibir atau lidah, hingga sesak napas. Ketika buah hati Anda mengalami alergi, coba perhatikan makanan apa saja yang ia konsumsi dan dapat menjadi pemicu alergi.

    7. Alergi hewan peliharaan

    Alergi hewan peliharaan dapat terjadi pada bayi. Biasanya bayi yang mengalami alergi ini dipicu karena air liur, urine, hingga bulu pada hewan peliharaan yang dapat menempel di tempat tidur bayi.

    Selain itu, urine atau air liur hewan peliharaan yang mengering, lalu menyebar melalui udara juga dapat memicu alergi. Untuk itu, jauhkan hewan peliharaan Anda pada si kecil untuk mencegah timbulnya alergi. Gejala yang dapat terjadi karena alergi hewan peliharaan bisa ditandai dengan hidung berair dan bersin.

    8. Alergi bahan kimia

    Bahan kimia yang terdapat pada popok, deterjen atau sabun dapat menjadi pemicu bayi mengalami alergi. Untuk itu hindari bahan kimia seperti pewangi, pewarna, dan zat lainnya pada produk-produk tersebut.

    Selain itu, sebelum memberikan produk pada bayi pastikan untuk mengecek kandungan yang terdapat pada produk tersebut, apakah ada bahan-bahan kimia yang dapat memicu alergi kulit pada anak atau tidak. Carilah bahan-bahan yang aman untuk bayi sehingga mereka terhindar dari alergi yang tidak diharapkan.

    9. Alergi obat-obatan

    Bayi dapat mengalami alergi terhadap obat-obatan. Ketika bayi Anda sakit, lalu Anda memberikan antibiotik agar si kecil cepat sembuh. Namun, yang terjadi malah bayi Anda mengalami alergi. Hal ini bisa terjadi karena antibiotik adalah obat yang paling sering menjadi penyebab bayi mengalami reaksi alergi. Selain antibiotik, bayi juga dapat alergi pada jenis obat-obatan lainnya yang dijual bebas.

    Untuk itu, Anda perlu berhati-hati saat memberikan obat pada si kecil ketika mereka sakit. Jika bayi menunjukkan reaksi alergi setelah minum obat seperti gatal, muncul ruam, batuk, atau pembengkakan segera hentikan penggunaan obat atau bawa bayi Anda ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

    10. Alergi musiman

    Jika dalam setahun dan pada waktu tertentu bayi Anda mengalami gejala seperti batuk, mata berair, hidung meler, bersin, hingga sakit telinga. Anda perlu waspada, bisa jadi anak Anda mengalami alergi musiman.

    Kondisi seperti ini biasanya disebut dengan rhinitis alergi, yaitu sebuah kondisi yang mirip dengan sakit flu, tetapi tidak seperti flu. Rhinitis alergi terjadi tidak disebabkan oleh virus, tapi karena respons tubuh terhadap zat yang dapat memicu alergi.

     

    Source : https://www.farmaku.com/