Masih ingatkah Parents tentang cerita viral bayi dikerok sekitar pertengahan September lalu? Bayi yang berusia 13 bulan itu, dikerok oleh pengasuhnya dan menangis kesakitan saat Ibunya pulang bekerja.
Bekas kerokan di punggung bayi juga terlihat tidak beraturan, dengan lebam cukup gelap. Ibumin yang melihat malah bergidik ngeri dan ikut sedih dengan kondisi bayi tersebut.
Pengasuhnya memang mengaku kalau beliaulah yang mengerok punggung bayi. Alasannya sih, karena si bayi tampak lemas, lebih rewel dari biasanya, berkeringat dingin dan perutnya tampak kembung.
Pada orang dewasa rata-rata tidak mengeluhkan dampak negatif dari kerokan. Tapi kalau bayi dikerok, sebenarnya boleh tidak, ya?
Terapi kerokan
Tahukah Parents kalau kerokan sebenarnya merupakan terapi tradisional di beberapa negara Asia Tenggara? Melansir dari Stanford Medicine, kerokan dikenal dengan nama Gua sha di Cina dan Cao gio di Vietnam.
Sebuah jurnal publikasi tahun 2011 berjudul Coining: An ancient treatment widely practiced among Asians menjelaskan bahwa, kerokan adalah terapi tradisional dengan membuat tekanan berulang pada kulit tubuh berbentuk garis linear, menggunakan benda keras berujung tumpul. Biasanya benda yang digunakan adalah koin, batu giok atau tanduk kerbau.
Tekanan berulang pada kulit ini, dipercaya akan mengeluarkan panas tubuh, sehingga gejala sakit seperti demam, sakit kepala, flu, batuk dan perut kembung bisa mereda dengan terapi ini. Dalam jurnal tersebut juga dijabarkan fakta bahwa, secara medis yang terjadi pada kulit yang dikerok adalah lebam.
Pembuluh darah kapiler di bawah kulit melebar dan mengeluarkan panas yang terperangkap dari dalam tubuh, mirip dengan metode mengompres saat demam. Nggak heran orang dewasa yang kerokan justru merasa kondisi tubuhnya lebih baik, bisa tidur lebih nyenyak dan keluhannya perlahan menghilang.
Bahkan, The Conversation, sebuah portal yang ditulis oleh peneliti dan akademisi menyebutkan alasan, mengapa kerokan dipercaya ampuh menyembuhkan gejala flu, demam dan sakit kepala, yaitu:
- Ada sekitar 360 titik akupunktur di tubuh manusia yang terhubung dengan organ dalam. Bila ditekan dengan intens, akan menimbulkan rasa nyaman karena meningkatnya hormon endorfin. Bahkan kalau endorfin berlebih diproduksi, akab menimbulkan rasa ketagihan dan keinginan untuk kerokan lagi saat tubuh tidak nyaman
- Kerokan biasa diaplikasikan di punggung. Artinya butuh orang lain untuk membantu mengerok. Kehadiran orang lain ini menjadi bagian dari penyembuhan secara psikologis. Karena selama mengerok pasti akan ada percakapan antara yang sakit dan yang mengerok. Ternyata, ini juga bagian dari dukungan psikologis yang meredakan sakit.
Nah, kalau diperhatikan dari pengalaman orang dewasa yang menikmati kerokan, nggak heran kalau banyak orang masih beranggapan bahwa anak-anak pun bisa dirawat dengan terapi yang sama. Sayangnya, mereka tidak menyadari bahwa anak bukanlah miniatur orang dewasa.
Tubuhnya berbeda dengan orang dewasa, Sehingga risiko negatif justru lebih besar didapat bila anak bayi dikerok.
Bolehkah bayi dikerok?
Jawabannya tentu saja, sangat amat tidak disarankan bayi dikerok, ya Parents! Kulit yang super sensitif justru akan menimbulkan masalah jika bayi dikerok. Bahaya bayi dikerok antara lain:
- Timbul luka, yang kemudian menjadi jalan masuknya bakteri dan kuman. Selanjutnya berisiko menjadi luka yang lebih besar serta terjadi infeksi
- Iritasi kulit seperti merah dan timbul rasa perih, yang membuat anak tidak nyaman atau kesakitan
- Reaksi alergi ringan-berat. Bisa karena faktor minyak yang digunakan sebagai pelican, atau karena koin yang digunakan
- Bayi makin rewel karena merasa sakit selama proses bayi dikerok serta trauma setelah proses selesai.
Lakukan ini untuk menghindari bayi dikerok
- Bila bayi dititipkan pada pengasuh, pertegas kembali aturan jangan sampai bayi dikerok jika tampak tidak enak badan. Edukasikan tentang bahaya bayi dikerok
- Bila Parents mengasuh bayi sendiri dan mendapat masukan dari orang lain agar bayi dikerok, cukup jelaskan dengan sederhana tentang hal ini. Kita tidak bisa mengontrol ucapan orang lain. Tapi kita bisa mengontrol apa yang kita percaya, kita terima atau kita abaikan. Orang lain tidak ikut serta dalam memulihkan kondisi bayi jika terjadi komplikasi
- Sediakan pertolongan pertama pada demam dan gejala flu ringan di rumah. Jadi siapapun yang mengasuh bayi akan mudah mengambil obat-obatan ini untuk meredakan rasa tidak nyaman bayi. Sediakan paracetamol, kain untuk kompres, minyak esensial untuk meredakan kembung atau flu batuk, minyak telon atau minyak kayu putih, serta vitamin anak
- Pastikan pengasuh menghubungi Parents lebih dulu, sebelum memberikan tindakan apapun pada bayi yang sedang sakit.
- Mandikan bayi atau anak dengn air hangat saat demam atau flu batuk. Air hangat bantu mengeluarkan panas tubuh dan meredakan hidung tersumbat serta melegakan tenggorokan
- Bila bayi kembung, bantu redakan dengan mengoleskan minyak telon, kayu putih atau minyak esensial lainnya di area perut. Buat juga gerakan mengayuh sepeda dengan kaki bayi, agar gas dalam perutnya keluar dan pencernaannya lebih lancar.
Nah, masih banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi gejala kembung, sakit kepala, demam, flu dan batuk pada bayi dan anak. Tidak perlu membuat bayi dikerok untuk membuatnya sembuh dari gejala flu ringannya.
Segera periksakan ke dokter bila dengan pertolongan di atas bayi masih mengalami keluhan. Pengobatan sebaiknya disesuaikan dengan kondisi bayi dan anak, agar tidak muncul keluhan lainnya.
Source : https://www.ibupedia.com/