Anak Suka Berteriak? Berikut Cara Melatih Emosinya

  • Halo Mom, coba absen siapa di sini yang anaknya mulai sering teriak-teriak kalau dinasihati oleh Mom & Dad? Hal ini ternyata ada kaitannya dengan kemampuan self regulation atau kemampuan memahami, mengelola perilaku, dan reaksi diri saat anak menghadapi suatu situasi, lho.

     

    Kemampuan self-regulation sudah ditunjukkan oleh si kecil sejak lahir dan berkembang pesat di usia 1-5 tahun. Namun, ada beberapa anak yang cukup sulit mengatur emosi dan anak suka berteriak. Berikut ini hubungan self regulation dengan anak suka berteriak dan cara melatihnya.

     

    Mengapa Anak Suka Berteriak dan Hubungannya dengan Self Regulation

     

    Perkembangan emosional anak terus meningkat seiring bertambahnya usia. Anak akan mulai mengekspresikan perasaannya, mulai dari bahagia hingga sedih. 

     

    Namun, dalam fase ini, Mom & Dad akan mendengar ungkapan emosional si kecil yang belum stabil, salah satunya adalah suka berteriak. Ada beberapa alasan mengapa anak suka berteriak, yakni sebagai berikut.

     

    1. Anak Suka Berteriak untuk Berkomunikasi

     

    Dilansir Center for Disease Control and Prevention (CDC), bayi usia 18 bulanakan lebih mudah untuk mengekspresikan dirinya dengan cara berteriak untuk berkomunikasi dengan orang lain. Kemampuan komunikasi anak yang belum sempurna membuat anak mudah berteriak saat lawan bicaranya sulit mengerti apa yang ia katakan.

     

    2. Anak Mencari Perhatian

     

    Saat anak merasa dirinya kesepian dan tidak diperhatikan oleh Mom & Dad, anak sering kali berteriak untuk mencari perhatian. Selain berteriak, anak juga akan menangis agar orang tua dapat menghampirinya.

     

    3. Belum Mengerti untuk Mengungkapkan Emosi

     

    Mengutip dari Healthy Children, anak suka berteriak menjadi tanda-tanda bahwa anak sedang bertumbuh. Berteriak menjadi salah satu cara anak untuk mengungkapkan emosinya.

     

    Dalam hal ini, anak dapat berteriak untuk mengekspresikan segala perasaannya, bisa sedih, senang, atau kecewa. Selain itu, anak juga bisa berteriak karena ada benda atau orang di sekitar yang ia takuti.

     

    4. Anak Merasa Lelah

     

    Tak hanya orang dewasa, anak-anak pun sering kali kesal dan rewel saat merasa lelah. Anak-anak cenderung sulit untuk mengungkapkan rasa lelahnya dan lebih memilih untuk berteriak. 

     

    Saat anak merasa rewel dan lelah, Mom & Dad dapat menenangkan anak secara perlahan dengan memberinya pelukan, menggendongnya, atau mengajaknya beristirahat.

     

    Lalu, apa hubungan anak suka berteriak dengan self regulation? Istilah self regulation adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kontrol terhadap dirinya dalam mengatur emosi dan perilaku di segala situasi.

     

    Untuk mengontrol self regulation pada anak, Mom & Dad dapat mengajarkan anak tentang belajar konsekuensi atau sebab akibat dari perilakunya. Libatkan anak dalam kegiatan sehari-hari, seperti membuatnya untuk memilih baju yang ia pakai, memilih rumah makan yang ia akan kunjungi atau diskusi ringan tentang sesuatu dengan anak. Berikut beberapa contoh lainnya yang bisa diterapkan.

     

    -Usia bayi: mengisap jari untuk mendapatkan rasa nyaman.

    -Usia 1-3 tahun: mulai dapat menunggu untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan.

    -Usia 4-5 tahun: dapat mengecilkan volume suara ketika berbicara saat orang lain sedang tidur.

     

    Cara Melatih Self Regulation agar Anak dapat Mengendalikan Emosi

     

    Setelah mengetahui hubungan anak suka berteriak dengan self regulation. Mom & Dad dapat meningkatkan self regulation pada anak secara bertahap. Yuk ikuti Langkah berikut ini:

     

    1. Bantu anak menemukan strategi efektif

     

    Jika ia terlihat kewalahan dengan pengalaman emosi yang dirasakan dan/atau tantangan yang dihadapi, ajarkan untuk meminta bantuan atau strategi alternatif

     

    Contohnya: "Adik coba jelaskan dengan tenang dan perlahan, Ayah akan dengarkan." "Kakak minum dulu ya supaya lebih tenang..."

     

    2. Bantu anak melatih self regulation

     

    • Langkah 1: Identifikasi situasi "menantang" yang dapat membuat emosinya meluap-luap
      Misal: si Kecil paling sering tidak sabar dan marah kalau menunggu giliran bermain

     

    • Langkah 2: Beri si Kecil kesempatan berlatih menggunakan strategi alternatif yang efektif
      Misal: "Saat ingin meminjam mainan dari teman, adik tarik nafas dulu yang dalam ya lalu bicaranya tidak bolek teriak... Yuk kita coba"

     

    • Langkah 3: Puji anak ketika ia berhasil
      Misal: "Adik tadi bisa menyampaikan tanpa berteriak, hebat!"

     

    3. Bantu anak merefleksikan pengalaman

     

    Lakukan evaluasi dengan anak tentang situasi yang terjadi saat ia sudah tenang

     

    Contohnya: "Berarti lain kali, Mom perlu menenangkan diri dengan menarik nafas secara perlahan beberapa kali sebelum berbicara ya..."

     

    Kunci pembelajaran self regulation terletak pada hubungan yang hangat dan responsif antara orang tua dan anak. Selain itu, orang tua perlu memberikan contoh yang baik atas tindakan dan pengalaman emosi di depan anak karena prinsipnya ‘children see, children do’. Semangat Mom!

     

    Source : https://tentanganak.com/