Oleh karena itu, sebelum membeli gendongan bayi, Ibu perlu memperhatikan beberapa hal berikut:
1. Sesuaikan jenis gendongan dengan umur dan berat Si Kecil
Pastikan gendongan yang Ibu pilih sesuai dengan ukuran tubuh, umur, dan berat badan Si Kecil. Jangan sampai gendongan yang dipilih terlalu longgar atau terlalu ketat karena dapat mengganggu perkembangan tubuh bayi.
2. Pilih gendongan yang aman dan kokoh
Pastikan gendongan yang digunakan aman dan kokoh, khususnya untuk jenis gendongan depan dan belakang. Selain untuk keamanan, gendongan seperti ini juga bisa digunakan dalam jangka waktu yang lama dan tahan lama.
Jadi, ketika Ibu membeli gendongan, pastikan bahwa kekuatan jahitan dan tali penopangnya benar-benar kuat, ya, Bu.
3. Gendongan nyaman digunakan
Sebaiknya pilih gendongan yang nyaman digunakan untuk segala kebutuhan, khususnya menyusui. Jangan lupa juga untuk memilih gendongan yang terbuat dari bahan yang tidak panas, mudah dicuci, dan tidak membuat pundak atau pinggang Ibu sakit.
Tipe Gendongan Bayi Sesuai Usia
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, demi keamanan dan kenyamanan, Ibu disarankan untuk memilih gendongan sesuai dengan usia bayi. Berikut ini adalah beberapa jenis gendongan bayi yang umum digunakan, beserta usia yang direkomendasikan:
1. Jarik
Jenis gendongan ini tidak asing lagi di Indonesia. Jarik atau biasa disebut “cukin”, bisa berupa sarung atau kain tradisional. Ibu bisa menggunakan jarik untuk menggendong dan menyusui Si Kecil.
Cara pemakaiannya juga mudah. Ibu cukup melilitkan kain ke tubuh, lalu atur posisi, kencangkan dan pastikan tetap nyaman. Jarik cocok digunakan untuk bayi berusia 0−2 bulan karena berat bayi pada usia ini masih ringan.
2. Gendongan selempang
Gendongan selempang (sling carrier) biasanya berbahan dasar kain katun atau linen. Gendongan ini memiliki bentuk yang mirip dengan jarik. Bedanya, gendongan selempang lebih praktis karena memiliki tali yang bisa disesuaikan ukurannya atau berupa gendongan kaus (geos) yang bisa langsung disandangkan ke tubuh.
Gendongan selempang cocok digunakan untuk bayi berusia 0−2 bulan atau bayi dengan berat 4,5−6,8 kg. Selain memudahkan dalam proses menyusui, gendongan ini juga membuat Si Kecil tetap hangat ketika berada dalam dekapan Ibu.
3. Gendongan ransel (soft structured carrier)
Gendongan ransel atau SSC bisa digunakan untuk menggendong Si Kecil dalam posisi berhadapan. Penggunaan SSC memungkinkan Ibu untuk menggendong Si Kecil dalam posisi duduk dengan kakinya membentuk huruf “M” (m-shape).
M-shape adalah posisi anak tegak, dengan bokongnya lebih rendah daripada lutut, dan kedua lutut anak terdorong ke atas membentuk huruf M. Ini merupakan posisi gendong yang optimal dan aman ya, Bu.
Menggendong hadap depan menggunakan SSC sebenarnya sudah bisa dilakukan sejak Si Kecil berusia 3 bulan, Bu. Namun, pastikan SSC yang Ibu gunakan memiliki pengaturan yang bisa disesuaikan dengan ukuran tubuh Si Kecil. Jika Si Kecil sudah bisa duduk, atau berusia 5−6 bulan, Ibu bisa menggunakan SSC untuk menggendong belakang.
Umumnya, SSC bisa digunakan sampai Si Kecil balita dan nyaman digunakan untuk menggendong lama. Jadi, kalau Ibu ingin gendongan yang usianya panjang, SSC bisa jadi pilihan nih, Bu.
4. Gendongan wrap
Gendongan wrap berbentuk kain panjang yang digunakan dengan dililitkan di tubuh. Gendongan jenis ini ada yang terbuat dari kain elastis (stretchy wrap) dan kain tenun (wowen wrap), serta bisa digunakan sejak bayi baru lahir.
Gendongan wrap biasanya digunakan untuk menggendong hadap depan dengan posisi kaki membentuk huruf “M”. Namun, dengan menguasai teknik melilit, Ibu bisa menggunakannya untuk gendongan samping dan belakang, lho.
Gendongan wrap merupakan jenis gendongan yang tepat untuk menerapkan metode kanguru, terutama untuk merawat bayi prematur.
5. Gendongan hipseat
Sesuai namanya, gendongan ini memiliki tempat duduk. Ibu bisa menggunakan hipseat untuk menggendong hadap depan, menghadap penggendong, dan gendong belakang.
Akan tetapi, sebaiknya heapseat digunakan jika Si Kecil sudah mulai bisa duduk sendiri dan otot-otot lehernya sudah kuat. Jadi, idealnya hipseat digunakan untuk bayi berusia 4 bulan ke atas.
Selain itu, Ibu yang melahirkan melalui operasi caesar mungkin akan kurang nyaman menggunakan gendongan hipseat, karena bagian dudukan akan menekan bekas luka operasi.
Hal Lain yang Perlu Diperhatikan Saat Menggendong
Selain memahami jenis dan cara memilih gendongan yang tepat, Ibu juga harus memperhatikan beberapa hal saat menggunakan gendongan, yaitu:
1. Berlatih menggunakan gendongan
Agar aman, Ibu bisa berlatih menggunakan gendongan terlebih dulu dengan boneka. Jika merasa sudah aman dan percaya diri, barulah Ibu bisa menggendong Si Kecil menggunakan gendongan tersebut.
2. Belajar mengatur posisi gendongan
Hal ini bertujuan untuk mengetahui posisi yang nyaman untuk bayi. Pastikan Ibu bisa melihat wajah Si Kecil dengan jelas dan ia bisa bernapas dengan leluasa. Jangan sampai wajah Si kecil tertutup oleh gendongan.
3. Gendongan tidak boleh terlalu ketat
Jika Ibu menggunakan jarik, wrap, gendongan selempang, jangan melilitnya terlalu ketat, ya. Jika terlalu ketat, pinggul Si Kecil akan tertekan dan dapat terjadi gangguan susunan sendi panggul (displasia pinggul).
4. Kaki bayi jangan menggantung
Saat menggunakan gendongan, pastikan kaki Si Kecil tidak menggantung lurus ke bawah. Pastikan posisikan kain atau gendongan bisa menopang kaki Si Kecil dari pangkal paha hingga lutut dan jangan sampai bagian kelaminnya tertekan. Jika kakinya dibiarkan menggantung, ia berisiko untuk mengalami displasia pinggul.
Satu hal lagi yang harus diingat, hindari menggunakan gendongan bayi saat mengendarai mobil, naik motor, melompat, jogging, atau melakukan aktivitas lain yang bisa membuat Si Kecil terguncang atau cedera.
Source : Alodokter