Tips Menegur Anak Tanpa Harus Memarahi

  • Sebagai orang tua tentu pernah frustrasi dan marah karena ulah anak. Dibandingkan dengan orang dewasa, anak-anak memiliki energi yang berbeda. Lalu, jika mulai tersulut emosi, bagaimana cara menegur anak yang benar agar tidak berdampak buruk? 

    Apalagi anak-anak adalah peniru yang hebat. Misalnya, Jika ibu berteriak pada saat marah atau menegur anak, bukan tidak mungkin anak akan melakukan hal yang sama ketika ia sedang marah. Hal ini karena anak cenderung mencontoh perilaku yang ia lihat dari orangtuanya.

    Untuk itulah sebagai orang tua, sebaiknya perlu untuk lebih cermat dalam berperilaku karena orangtua adalah role model pertama bagi anak.

     

    Kenali kesalahan umum dalam menegur anak

    Melakukan kesalahan sebagai orang tua merupakan tindakan yang wajar. Tetapi yang terpenting, harus mampu menyadari dan mau belajar memperbaiki kesalahan tersebut, apalagi jika hal ini bisa berdampak buruk bagi anak. 

    Ternyata, ada beberapa kesalahan umum yang paling sering dilakukan oleh orang tua ketika menegur anak, antara lain: 

    • Berteriak sembari mengeluarkan kata-kata negatif (negative labelling)
    • Memiliki anggapan bahwa disiplin adalah cara untuk menghukum
    • Bersikap tidak konsisten  
    • Mengomeli anak dengan penjelasan yang terlalu panjang dan detail
    • Fokus hanya pada kesalahan anak, tetapi tanpa menjelaskan alasannya
    • Tidak memberikan contoh sesuai dengan apa yang diucapkan
    • Memakai teknik disiplin yang sama untuk setiap anak
    • Gagal menetapkan aturan atau konsekuensi apa pun
    • Tidak memberikan anak kesempatan untuk menjelaskan kenapa ia melakukan hal tersebut

    Cara menegur anak ketika berbuat salah  

    Setelah memahami kesalahan umum yang sering dilakukan oleh orang tua, maka selanjutnya  perlu tahu bagaimana cara memarahi dengan menegur anak ketika berbuat salah agar tidak berdampak buruk bagi perkembangan anak. 

    Yuk simak beberapa aturan dalam memarahi anak berikut ini: 

    1. Jangan pernah melakukan tindakan kasar

    Cara pertama berkaca pada kesalahan orang tua ketika sedang marah yakni meneriaki dengan emosi yang meledak-ledak dan mengeluarkan perkataan yang merendahkan anak. 

    Penting untuk diingat bahwa menggunakan kata-kata kasar adalah kekerasan verbal yang dapat berpengaruh pada perkembangan psikologis anak.

    Para ahli percaya bahwa efek psikologis dari menegur dengan menggunakan kata-kata kasar sama buruknya, atau bahkan lebih buruk daripada kekerasan fisik. Oleh karena itu sebagai orang tua, kita harus mewaspadai efek psikologis yang berbahaya dari omelan ini. 

    Jika hal ini terus dilakukan maka akan berdampak pada perkembangan emosi si Kecil. Anak akan mengalami kesulitan dalam meregulasi emosi, perilaku tantrum, perkembang konsep diri yang kurang baik, rasa percaya diri yang rendah, tumbuh menjadi anak yang lebih agresif, kesulitan belajar, gangguan tidur, serta terganggunya hubungan sosial di dalam lingkungan.

    2. Berpikir bahwa disiplin itu menghukum

    Seringkali orang tua lupa bahwa tujuan mendisiplinkan anak adalah memberikan pedoman dan batasan yang tegas sehingga si Kecil tidak perlu dihukum. Nah, disiplin di sini berarti menetapkan aturan dan batasan sehingga anak-anak tahu dan paham “Do and Don'ts” nya serta konsekuensi yang akan mereka terima.

    Hal ini bertujuan agar anak-anak akhirnya belajar bagaimana cara mengatur diri mereka agar tidak perlu mendapat 'hukuman'.

    Artinya, ketika Anda mendisiplinkan seorang anak, tunjukkan kepada mereka bagaimana membuat pilihan yang baik dan memilih perilaku yang positif, yang pada akhirnya memang berdampak baik untuk mereka.

    3. Hindari membuat batasan atau aturan yang tidak perlu

    Sebagian orang tua ternyata percaya bahwa untuk membekali anak dengan disiplin, orang tua harus membuat banyak sekali aturan. Ternyata hal ini sangatlah keliru, lho,  Sebab, aturan yang tidak perlu ini justru membatasi ruang gerak pada anak sehingga anak kesulitan untuk eksplorasi diri.

    Dalam membuat aturan dan batasan sebaiknya libatkan anak. Ajak anak berdiskusi dan berikan anak kesempatan untuk mengutarakan ide dan pikirannya. 

    Hal ini berujuannya adalah agar anak mampu memahami manfaat aturan dan Batasan yang dibuat untuk dirinya.

    4. Jadilah panutan yang positif 

    Anak adalah peniru yang ulung. Anak-anak yang memiliki orang tua yang baik dan bermoral, akan mempelajari perilaku dan nilai-nilai kehidupan melalui pengamatan dan meniru orang tua mereka. 

    Jadi, sebagai orangtua sebaiknya bisa memberikan contoh yang positif, karena Anda adalah role model utama bagi anak.

    Sebagai contoh, cara terbaik bagi orang tua untuk mengajarkananak tentang nilai kejujuran. Orangtua, baik ayah ataupun ibu tentunya juga harus bersikap jujur kepada anak. Ketika anak menanyakan alasan kenapa ia harus melakukan sesuatu, maka katakanlah alasan yang sebenarnya, tidak dengan berbohong dengan tujuan agar anak mau menurutinya.

    Jika ada hal yang belum layak untuk anak ketahui, maka orangtua boleh menunda untuk memberikan penjelasan kepada anak. Dalam memberikan penjelasan sebaiknya gunakan kalimat sesuai dengan perkembangan usia anak sehingga mudah untuk dipahami oleh anak.

    5. Hindari sikap sinis dan menghakimi  

    Beberapa orang tua secara keliru percaya bahwa hukuman verbal dan sikap sinis serta menghakimi tidak akan berdampak buruk pada anak-anak mereka. Padahal kekerasan fisik dan hukuman, akan meninggalkan luka emosional yang membekas hingga ia dewasa. 

    Sama seperti hukuman fisik yang merusak jiwa anak, sikap menghakimi yang kasar juga merusak harga diri anak. Sudut pandang permusuhan orang tua akan tertanam jauh di dalam jiwa anak dan membentuk dasar identitas negatif yang dibawa anak sepanjang hidup.

    Selain tidak mendefinisikan anak dalam pengertian baik dan buruk, orang tua hendaknya menahan diri untuk tidak melabeli anak yang berkonotasi negatif, seperti nakal, bandel, cengeng, dan sebagainya.  

    6. Terapkan aturan yang konsisten 

    Tentu setiap orang tua beranggapan bahwa memarahi dilakukan untuk kepentingan anak sendiri. Salah satu cara terbaik untuk membantu anak-anak memperbaiki perilaku buruk yaitu dengan memberi mereka instruksi yang jelas tentang apa yang diharapkan dari mereka. Cara mengatasinya beri anak arahan yang jelas, sederhana dan realistis. 

    Selain itu, penting juga untuk selalu konsisten. Hal ini berkaitan dengan tindakan anak, dan aturan dan standar yang telah ditetapkan dalam keluarga. 

    Disiplin merupakan ekspresi kepedulian orang dewasa terhadap anak. Komponen penting dari kasih orang tua adalah menawarkan kendali dan arahan. 

    7. Jangan gunakan ancaman agar anak menurut

    "Diam, ya! Kalau gak mau diam Ibu turunin kamu di jalan"

    Apakah  pernah mengancam anak ketika ia melakukan hal yang sebaiknya tidak dilakukan? Sebaiknya, hindari mengunakan ancaman agar anak mau menurut. Justru, orang tua harus menghindari ancaman-ancaman yang yang terkait dengan keinginan anak.  

    Hal ini karena anak-anak lebih kecil dan lebih lemah, mereka sering menggunakan permainan kekuatan negatif untuk memanipulasi situasi mereka. 

    8. Hindari kata “jangan” dan “tidak 

    Mendengar kata-kata "jangan" dan "tidak" ternyata tidak menyenangkan bagi siapa pun, terutama anak-anak. Fokuslah pada apa yang menjadi kesalahan anak daripada menekankan apa yang harus dilakukan dengan mengucapkan hal-hal negatif dan aturan nada.

    Lihat segala sesuatunya dari perspektif yang lebih positif dengan membicarakan apa yang bisa dilakukan dengan lebih baik. Jika anak Anda merengek atau membalas, tunjukkan beberapa contoh bagaimana berbicara dengan cara yang baik dan lebih ramah.

    Jangan lupa, ekspresikan kemarahan yang tulus ketika mendisiplinkan seorang anak. Jangan bertindak secara emosional atau fisik terhadap anak tersebut.  

    Jika  memerlukan bantuan profesional, jangan ragu untuk mengunjungi psikolog. Seorang psikolog dapat membantu dalam memberikan arahan stimulasi kepada orangtua, sekaligus melakukan pendampingan pada anak ketika menghadapi tekanan atau masalah mental yang mempengaruhi kehidupan mereka, termasuk yang terkait dengan keluarga. 

     

    Source : https://www.mitrakeluarga.com/