Meskipun penyebab preeklamsia pada ibu hamil belum diketahui secara pasti, para ahli percaya kondisi ini dimulai pada plasenta, yaitu organ yang memelihara janin selama kehamilan.
Pada awal kehamilan, pembuluh darah baru berkembang dan berevolusi secara efisien mengirimkan darah ke plasenta.
Pada wanita dengan preeklamsia, pembuluh darah tampaknya tidak berkembang dengan baik.
Pembuluh darah ini lebih sempit daripada pembuluh darah normal dan bereaksi berbeda terhadap sinyal hormonal, yang membatasi jumlah darah yang dapat mengalir melaluinya.
Penyebab preeklamsia pada ibu hamil dapat mencakup perkembangan abnormal, seperti:
- Aliran darah ke rahim.
- Kerusakan pada pembuluh darah.
- Masalah pada sistem kekebalan tubuh.
- Faktor genetika.
Faktor Risiko Preeklamsia
Preeklamsia pada ibu hamil berkembang hanya sebagai komplikasi kehamilan. Faktor risiko yang dapat memicu preeklamsia tersebut meliputi:
1. Riwayat Preeklamsia
Riwayat pribadi atau keluarga yang pernah menderita preeklamsia secara signifikan dapat semakin memicu risiko preeklamsia.
2. Kehamilan Pertama
Risiko preeklamsia semakin meningkat pada ibu yang baru pertama kali hamil.
3. Ayah Baru
Setiap kehamilan dengan pasangan baru meningkatkan risiko preeklamsia dibanding kehamilan kedua atau ketiga dengan pasangan yang sama.
4. Usia
Risiko preeklamsia pada ibu hamil akan lebih tinggi pada wanita hamil dengan usia lebih dari 40 tahun.
5. Obesitas
Risiko preeklamsia lebih tinggi jika tubuh Moms gemuk.
6. Kehamilan Kembar
Preeklamsia lebih sering terjadi pada wanita yang sedang mengandung bayi kembar, kembar tiga atau lainnya.
7. Interval antara Kehamilan
Kehamilan dengan jarak kurang dari dua tahun atau lebih dari 10 tahun meningkatkan risiko preeklamsia.
8. Riwayat Kondisi Tertentu
Misalnya seperti tekanan darah tinggi kronis, sakit kepala migrain, diabetes tipe 1 atau tipe 2, penyakit ginjal, kecenderungan pembekuan darah, atau lupus, semuanya dapat meningkatkan risiko preeklamsia.
Komplikasi Preeklamsia pada Ibu Hamil
Komplikasi preeklamsia yang perlu diwaspadai, di antaranya:
1. Kurangnya aliran darah ke plasenta
Preeklamsia pada ibu hamil memengaruhi aliran darah ke plasenta.
Jika plasenta tidak mendapatkan darah yang cukup, janin dapat kekurangan oksigen dan mendapat sedikit nutrisi.
Akibatnya pertumbuhan janin menjadi lambat, berat badan lahir rendah atau kelahiran prematur.
2. Erupsi plasenta
Preeklamsia pada ibu hamil meningkatkan risiko erupsi plasenta, yaitu plasenta terlepas dari dinding dalam rahim sebelum persalinan.
Erupsi yang parah dapat menyebabkan perdarahan berat dan kerusakan pada plasenta, yang dapat mengancam jiwa ibu hamil dan bayinya.
3. Sindrom HELLP
Sindrom HELLP (Haemolysis – Elevated Liver enzymes – Low platelet count), singkatan dari hemolisis atau penghancuran sel darah merah, peningkatan enzim hati dan jumlah trombosit rendah, yang mengancam jiwa ibu hamil dan calon bayinya.
Preeklamsia pada ibu hamil bisa jadi diawali dengan gejala dari sindrom HELLP.
Gejala sindrom ini termasuk mual dan muntah, sakit kepala, dan nyeri perut kanan atas.
Sindrom HELLP sangat berbahaya karena memincu kerusakan beberapa sistem organ.
4. Eklampsia
Apabila preeklamsia pada ibu hamil tidak terkontrol, hal ini bisa memicu eklampsia yaitu kondisi preeklampsia ditambah kejang-kejang atau kontraksi otot pada ibu hamil.
Gejala yang mengarah pada eklampsia termasuk nyeri kanan atas perut, sakit kepala parah, gangguan penglihatan, dan perubahan kondisi mental.
5. Penyakit kardiovaskular
Preeklamsia pada ibu hamil dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular) di kemudian hari.
Risiko akan lebih besar jika Moms pernah mengalami preeklamsia lebih dari sekali atau memiliki kelahiran prematur sebelumnya.
Pencegahan Preeklamsia
Cara paling efektif untuk mengatasi preeklamsia pada ibu hamil adalah pencegahan.
Berbagai strategi telah digunakan sebagai upaya untuk mencegah preeklamsia, termasuk:
1. Mengatur Pola Makan
Salah satu usaha paling awal untuk mencegah preeklamsia pada ibu hamil adalah pembatasan asupan garam selama hamil.
Pasalnya, konsumsi garam berlebih akan meningkatkan jumlah natrium dalam sel dan mengganggu keseimbangan cairan.
Selain itu, studi di Journal of Advances in Nutrition menyarankan ibu hamil untuk mengonsumsi suplemen kalsium agar dapat meminimalisir terjadinya preeklamsia.
2. Aspirin Dosis Rendah
Studi di Journal of Hypertension menemukan bahwa pemberian aspirin dosis rendah sangat efektif untuk mencegah preeklamsia pada ibu hamil.
U.S Preventive Services Task Force pun merekomendasikannya.
Bahkan selain bisa mencegah eklampsia, aspirin dapat meminimalisir kemungkinan kelahiran prematur hingga kematian perinatal pada ibu hamil dengan risiko tinggi.
3. Antioksidan
Terapi antioksidan menurunkan aktivasi sel endotel dan sangat bermanfaat untuk mencegah preeklamsia pada ibu hamil.
4. Pemeriksaan Antenatal
Pemeriksaan antenatal care (pemeriksaan kesehatan selama kehamilan) secara teratur dan cermat dapat mengenali tanda-tanda preeklamsia pada ibu hamil sedini mungkin.
Jadi, ibu hamil dengan diagnosis eklampsia dapat diberikan pengobatan yang cukup agar tidak terjadi komplikasi lebih berat.
Waspadalah selalu terhadap kemungkinan terjadinya preeklamsia dengan menjaga kesehatan kehamilan Moms.
Itu dia Moms, informasi seputar preeklamsia yang bisa menyerang ibu hamil. Moms yang sedang dalam masa kehamilan sebaiknya waspada.
Dengan melakukan tindakan pencegahan agar keselamatan diri dan janin terjaga.
Source : https://www.orami.co.id/