Risiko anak yang terinfeksi COVID-19

  • arvard Health Publishing melansir sebuah studi pediatri di China yang menunjukkan sekitar 90% anak yang terinfeksi COVID-19 tidak mengalami gejala atau hanya mengalami gejala ringan hingga sedang.

    Hal tersebut berarti ketika anak terkena COVID-19, mereka akan menunjukkan gejala yang lebih ringan seperti demam dan batuk.

    Hanya saja, data tersebut terbantahkan dengan data kasus COVID-19 pada anak di Indonesia yang juga berisiko mengalami gejala yang berat. Jadi, pemahaman anak hanya akan mengalami gejala ringan saat terinfeksi COVID-19 terbantahkan.

    “Data temuan (IDAI) ini menunjukkan tingginya angka kesakitan dan kematian anak akibat COVID-19 di Indonesia,” tulis IDAI.

    Gejala infeksi COVID-19 pada anak bisa sama dengan orang dewasa seperti batuk, panas, sesak, atau gejala pneumonia. Selain itu, anak yang terinfeksi COVID-19 juga bisa menunjukkan gejala diare, mual, dan muntah.

    “Kalau disebut anak (yang terinfeksi COVID-19) tidak bisa fatal itu tidak betul,” jelas dokter Aman.

    Dokter Aman mengelompokkan gejala tersebut ke dalam dua jenis yakni pneumonia dan diare. Dua jenis gejala ini harus menjadi perhatian, pneumonia dan diare berada di peringkat teratas penyebab kematian anak di Indonesia. Dari data UNICEF pada 2018, diperkirakan sekitar 19.000 anak Indonesia meninggal dunia akibat pneumonia.

    Gejala yang ditimbulkan akibat infeksi COVID-19 memang ada yang berbeda-beda pada setiap pasien. Infeksi COVID-19 pada anak termasuk kasus yang rumit.

    Di Amerika Serikat, puluhan anak dirawat karena mengalami COVID-19 yang gejalanya mirip penyakit kawasaki dan para ahli meyakini penyakit ini ada hubungannya dengan COVID-19. Jika tidak ditangani, penyakit ini bisa merusak pembuluh darah yang mengarah ke jantung.

    Gejala berat pada anak yang tertular COVID-19 juga rentan terjadi pada anak dengan penyakit penyerta lainnya.

     

    Source : https://hellosehat.com/